Jumat, 18 September 2009

ZAHIR, EXPORT PROGRAM KE MANCANEGARA...

Sektor usaha kecil dan menengah juga merupakan pasar yang menggiurkan. Hal ini dibuktikan oleh sukses bisnis PT Zahir International, sebuah perusahaan yang bergerak dalam penyediaan perangkat lunak akuntansi. Fadil Fuad Basymeleh, chairman perusahaan itu, konsisten dan fokus melayani perusahaan-perusahaan dengan omzet tak lebih dari Rp 500 juta dan jumlah karyawan kurang dari 50 orang.

Bermain di sektor ini, produk Zahir ditawarkan seharga Rp l juta - Rp 15 juta. Namun begitu, pemasukan perusahaan itu mencapai miliar rupiah setiap tahunnya. (Tahun ini ditargetkan mencapai Rp 10 miliar.) Kini, sekitar 7.500 pelanggan loyal setia menunggu perangkat lunak terbaru keluaran Zahir.

Produk utama Zahir adalah Zahir Accounting. Versi 1.0-nya telah terbit sejak 1997 dan kini sudah tersedia versi 5.1 yang tentunya sudah semakin canggih. Software tersebut memiliki 62 fitur dengan beragam kegunaan. Antara lain: multi-currency, giro mundur, multi-warehouse, alokasi biaya impor, dan serial number.

Semua fitur itu sudah disesuaikan dengan kebutuhan utama UKM. Karena produk Zahir menyasar "pasar bawah", ciri utamanya adalah mudah digunakan. Karena itu, tagline mereka yang pada awalnya "Termudah Digunakan" kini diganti menjadi "Terbaik di Dunia yang Berbahasa Indonesia".

Berbeda dengan para kompetitor, perangkat lunak buatan Fadil tak menyasar para akuntan. Ia dikhususkan untuk para pemilik usaha. Dengan Zahir, angka-angka yang kerap rumit telah diolah menjadi laporan yang mudah dipahami dengan desain tampilan sederhana. Dengan begitu, sang pengusaha akan dimudahkan dalam pengambilan keputusan.

Menyadari sektor UKM beragam dalam kebutuhan dan daya beli, Zahir menjual produk dalam bentuk fitur. Perusahaan-perusahaan tak perlu membeli berdasarkan modul yang memuat keseluruhan fitur. Mereka bisa memilih sesuai kebutuhan.

Fadil mulai berbisnis sejak sangat muda. Lelaki kelahiran 1971 ini sempat belajar di Jurusan Teknik Fisika Institut Teknologi Bandung. Tetapi, tampaknya dunia kuliah tak terlalu menarik minatnya. Ia memutuskan untuk menikah pada usia muda, di umur 21 tahun. Untuk menopang kehidupan keluarga, ia mulai berbisnis. Ia keluar dari ITB pada tahun ketiga.

Sebelum terjun ke dunia software, Fadil sempat berbisnis setting dan layout, percetakan, serta periklanan. Di bisnis percetakan, klien pertamanya adalah Sarung Cap Mangga Dua, sebuah perusahaan yang boleh dibilang besar.

Pada 1994, pengusaha muda yang memulai bisnisnya dari nol ini mendapat sokongan dana dari Sarana Jabar Ventura. Meski proposalnya sempat ditolak hingga lima kali, akhirnya Fadil mendapat modal Rp 50 juta. Berkat suntikan modal tersebut, bisnisnya terus berkembang. Pada 1997, ia mendapat sokongan kedua dari perusahaan modal ventura tersebut. Kali ini, nilainya mencapai ratusan juta rupiah. Tetapi, krisis ekonomi 1997 datang menghantam.

Fadil memasuki masa-masa sulit. Di tengah segala masalah yang menimpa, ia disarankan menggunakan perangkat lunak akuntansi untuk memudahkan pembuatan laporan keuangan. Tetapi, daripada membeli yang mahal, Fadil kemudian memutuskan membuat sendiri. Kebetulan, lelaki itu memang hobi programming. Dari situlah kemudian lahir software Zahir.

Hingga kini, Fadil dan produk Zahir-nya telah berhasil meraih enam penghargaan (antara lain Best of the Best Winner pada Asia Pacific ICT Award Indonesia 2003 dan Technopreneur Award pada Juli 2008). Tantangan berikutnya adalah menggapai pasar mancanegara. Langkah ke sana sudah disiapkan dengan membuka kantor cabang di Malaysia. Selain itu, Zahir mulai rajin ikut pameran di luar negeri, termasuk di Eropa.

Dari sisi produk, Zahir Accounting kini tersedia dalam bahasa Indonesia, Inggris, Malaysia, dan juga Arab. Lalu, berniatkah Fadil memasuki pasar perusahaan besar yang lebih rumit? "Kami tak berkeinginan memasuki pasar menengah atas. Kami akan konsisten di UKM," ujar lelaki yang sudah gemar mengutak-atik program komputer sejak masih duduk di bangku sekolah menengah atas di Lombok ini.

—Parlindungan Sibuea (BusinessWeek Indonesia No.22, 13-20 Agustus 2008)